DISKOMINFO INDRAMAYU – Direktur Pembibitan dan Produksi Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) RI, drh. Agung Suganda menjadi salah satu pembicara pada kegiatan seminar ramadan yang digelar oleh Forum Indramayu Studi di Aula Disduk-P3A, Kamis (13/4/2023).
Dalam seminar tersebut, drh. Agung Suganda menyampaikan terkait dengan peluang dan tantangan potensi industri peternakan di Kabupaten Indramayu.
Agung menyampaikan, untuk profil peternakan di Kabupaten Indramayu, pola integrasi pangan-ternak telah berkembang di beberapa kecamatan dan sejauh ini menunjukkan trend meningkat dan mendapat respon cukup baik. Khusus untuk sapi potong, dalam beberapa tahun terakhir akseptor justru berkembang di wilayah Indramayu, dimana ternak dipelihara dengan pola intensif.
Namun demikian, budidaya domba menunjukkan perkembangan stagnan karena rendahnya adopsi teknologi, baik teknis sosial kelembagaan maupun ekonomi. Di sentral pengembangan domba semi intensif, populasi menunjukkan penurunan karena tergeser oleh pemeliharaan sapi potong.
Sementara itu, Eksistensi lahan sawah serta pola pengelolaannya menjadi variabel penting dalam menjaga keberlanjutan usaha ternak itik, konflik-konflik kepentingan masih sering mewarnai budidaya itik semi intensif.
Oleh karena itu, transformasi pemeliharaan menjadi intensif, serta memanfaatkan skala ekonomi (economic of scale) menjadi penting dirancang dan diujicobakan secara riil di tingkat operasional.
“Indramayu memiliki potensi yang cukup baik terkait dengan sektor peternakan, tidak hanya sapi, kambing dan domba, itik pun menjadi salah satu jenis hewan ternak yang cukup potensial untuk menjadi sektor usaha yang diperhitungkan, terlebih lagi dengan kondisi luasnya hamparan sawah membuka peluang bagi peternak untuk beternak itik,†ujarnya.
Lebih lanjut Agung menerangkan, dalam implementasinya pola pengembangan integrasi pangan-ternak masih menemukan berbagai kendala, seperti pengetahuan dan tingkat adopsi integrasi budidaya ternak ke dalam sistem usaha tani pangan masih rendah serta pendanaan untuk modal usaha, terutama bila harus ada pengadaan ternak bibit.
Kemudian, belum ada pasar input maupun output yang mudah dijangkau oleh petani dan belum adanya kebijakan yang memberi insentif investasi bagi pengembangan peternakan menjadi kendala yang dihadapi dalam implementasi pola pengembangan integrasi tersebut.
Oleh karenanya, untuk memaksimalkan pola pengembangan integrasi tersebut, Agung menyarankan untuk melaksanakan langkah-langkah strategis seperti penyiapan sumberdaya manusia, baik petani ternak maupun petugas teknis lapangan, pengembangan kelembagaan tani ternak serta perangkat pembinaan dan pelayanan produksi, serta optimalisasi pemanfaatan lahan dan by product untuk pakan ternak.
Tak hanya itu, langkah strategis lainnya yang perlu dilaksanakan diantaranya adalah mendorong adanya peningkatan populasi ternak betina produktif (akseptor), serta mengahdirkan pengaturan (regulasi) yang mendukung terciptanya iklim yang kondusif bagi investasi, pengembangan usaha dan perdagangan hasil peternakan.
“Pola pengembangan integrasi yang berjalan saat ini masih ditemukan kendala di lapangan, guna memaksimalkan implementasinya diperlukan upaya-upaya sehingga program dapat berjalan secara maksimal dan mendorong adanya peningkatan usaha peternakan yang ada,†pungkasnya.
Dalam seminar tersebut, turut hadir Plt. Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Heka Sugoro, Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Indramayu, Muhammad Iqbal, Ketua Forum Indramayu Studi, Arif Rofiuddin beserta jajaran, serta peserta seminar yang terdiri dari berbagai kalangan. (LKP/MTQ – Tim Publikasi Diskominfo Indramayu)