DISKOMINFO INDRAMAYU  Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia (SDM) pada Setda Indramayu Ahmad Budiharto mewakili Bupati Indramayu Nina Agustina Da’i Bachtiar menghadiri Peringatan Hari Kusta Sedunia 2023, di Aula Polindra Indramayu, Selasa (31/1/2023).
Dalam sambutannya Ahmad Budiharto berharap kepada masyarakat Kota Mangga untuk bersama-sama mencegah penyakit kusta yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae.
Menurutnya, kondisi ini terutama memengaruhi kulit, mata hidung dan saraf perifer. Sehingga diharapkan melalui kebijakan pemerintah dengan komitmen eleminasi kusta Tahun 2024, masyarakat ikut berperan dalam pencegahan penyakit kusta.
“Berkaitan dengan komitmen eliminasi kusta tahun 2024 dan rencana yang telah dikembangkan, maka dalam kesempatan yang berbahagia ini, kami berharap dengan peringatan hari kusta sedunia ini dengan tema “Bersama Kita Bisa Mencegah Kusta Di Indramayuâ€Â, dapat diambil manfaat dari kegiatan ini dan semoga upaya yang kita lakukan mendapatkan kemudahan, kelancaran dan ridho Allah Subhanahu wa ta’ala,†harapannya.
Diterangkannya, penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Indramayu. Salah satunya adalah penyakit kusta.
“Kasus kusta di Indramayu tahun 2022 ini masih di atas 1/10.000 penduduk, sehingga Kabupaten Indramayu tergolong sebagai daerah endemis tinggi di Jawa Barat maupun di Indonesia,†tambahnya.
Penyakit kusta meskipun tidak menimbulkan kematian secara langsung, namun efek kerusakan saraf yang ditimbulkannya mengakibatkan terjadinya cacat yang permanen. Maka akibat buruk ini perlu adanya penanganan dengan cara menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin.
“Pasien kusta dapat pula mendapatkan kecacatan dari sakitnya ini. Cacat yang mungkin terjadi yaitu kelopak mata tidak bisa menutup hingga kebutaan dapat pula terjadi. Selain itu pasien kusta mendapati telapak tangan mati rasa, jari kiting atau jari memendek bahkan putus-putus,†lanjutnya.
Dengan kondisi tersebut, masyarakat diminta tidak menimbulkan stigma yang berkembang di masyarakat, memperburuk kondisi penderita yang malu untuk datang berobat, sehingga ditemukan sudah dalam kondisi cacat, ditambah dengan informasi yang salah seperti kusta disebabkan penyakit keturunan, kutukan, hingga balasan atas dosa.
“Inilah yang membuat pasien kusta dikucilkan dari masyarakat dan tidak memperoleh pengobatan yang tepat. padahal, penyakit kusta dapat disembuhkan sehingga pasien tidak perlu sampai mendapatkan kecacatan,†pintanya.
Oleh karenanya Ahmad Budiharto meminta kepada masyarakat, dengan berbagai langkah telah dilakukan dalam penanggulangan penyakit kusta, maka perlu adanya keterlibatan langsung dari masyarakat dengan mengedukasi keluarga agar tidak terkena penyakit kusta.
Selian upaya dari pemerintah melakukan intervensi terhadap sumber daya manusia, pengobatan, maupun pencegahan dan rehabilitasi cacat perlu juga mendorong agar pengidap penyakit kusta untuk terus berobat dengan tidak menciptakan stigma negatif yang justru dapat memperparah kondisi. (R/MTQâ€â€Tim Publikasi Diskominfo Indramayu)