DISKOMINFO INDRAMAYU — Sri Tanjung Sugiarti dikenal gigih melestarikan naskah kuno sebagai amanat mendiang sang ayah yakni almarhum Ki Tarka Sutarahardja, pelestari sekaligus penyelamat 200 manuskrip Indramayu.
Kini Sri Tanjung Sugiarti tengah mengembangkan hasil kreativitasnya dengan memanfaatkan kayu bekas untuk diolah menjadi barang bernilai tinggi yakni menjadi miniatur ‘Kapal Layar’ maupun ‘Perahu-perahuan Tempo Doeloe’ dengan sentuhan naskah kuno.
Hal ini dilakukan Sri Tanjung Sugiarti bersama kerabat dekatnya dan pengurus Sanggar Aksara Jawa Surya Pringga Dermayu, Desa Cikedunglor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu.
Diterangkan Sri Tanjung Sugiarti, Sanggar Aksara Jawa Surya Pringga Dermayu selain menjadi tempat belajar aksara Jawa kuno juga memproduksi kertas daluang yang berbahan baku dari pohon saeh.
Sehingga kata Sri Tanjung Sugiarti limbah dari pohon saeh yakni batang pohon dimanfaatkan menjadi barang bernilai rupiah yakni ‘Kapal Layar’ dan ‘Perahu-perahu Tempo Doeloe’ dengan sentuhan naskah kuno pada layarnya seakan menambah eksentrik manakala dipajang.
“Kebetulan kayu tersebut tidak dimanfaatkan. Sayang juga jika dibuang, oleh karena itu tim kami menginisiasi untuk menjadi karya yang kreatif, dibuatlah oleh kang Tarjaya selaku Tim Sanggar Aksara Jawa Surya Pringga Dermayu. Miniatur kapal dan perahu yang kami desain bernuansa dulu dan estetik,” katanya saat dikonfirmasi Diskominfo Indramayu, Kamis (24/2/2023).
Sri Tanjung Sugiarti memanfaatkan limbah pohon saeh menjadi miniatur ‘Kapal Layar’ dan ‘Perahu-perahuan Tempo Doeloe’ dengan sentuhan tulisan naskah kuno dan dijualnya seharga 300 ribu.
“Kapal Layar maupun Perahu-perahuan Tempo Doeloe doeloe yang tertera dalam Naskah Kuno yang ada pada Sanggar Aksara Jawa Surya Pringga Dermayu. Contoh yang sudah jadi adalah ‘Perahu Konthing’ yang tertera dalam Babad Dermayu. Miniatur yang kami buat ini dijual 300 ribu,” tambahnya.
Dijelaskan Sri Tanjung Sugiarti, makna tulisan kuno yang tertera pada layar di miniatur ‘Kapal Layar’ maupun ‘Perahu-perahu Tempo Doeloe’ seperti bertuliskan nama Sanggar Aksara Jawa Surya Pringga Dermayu dan Sura Dira Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti yang memiliki arti yang sangat penting mana kala orang melihat miniatur dan kemudian membacanya.
“Tulisan berisi nama ‘Sanggar Aksara Jawa Surya Pringga Dermayu’ sebagai sanggar pembuatnya. Dan tulisan ‘Sura Dira Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti’ yang artinya sehebat-hebatnya manusia akan hancur apabila hidup dengan kesombongan,” pungkasnya. (Toyib/MTQ–Tim Publikasi Indramayu)