Adat “Ngarot” Tradisi Leluhur Yang Membanggakan

Loading

DISKOMINFO INDRAMAYU — Cuaca cerah dipagi hari Rabu 22 Desember 2021 menjadi momen besar untuk masyarakat Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu untuk melaksanakan Tradisi Adat Ngarot, sebuah tradisi leluhur yang telah dilaksanakan secara turun temurun.

Kegembiraan masyarakat Desa Lelea sudah terlihat saat mengantar Gadis Ngarot dan Jejaka menuju rumah Kepala Desa (Kuwu) yang kemudian diarak menuju Balai Desa Lelea untuk mengikuti prosesi Adat Ngarot. Ribuan warga tumpah ruah di jalan desa mengiringi jalannya prosesi adat Ngarot.

Pelaksanaan Adat Ngarot tahun ini berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena masih dalam kondisi pandemi. Namun demikian tetap tidak menghilangkan kultur dan sakralnya kebudayaan Adat Ngarot tersebut yang sampai saat ini menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Kabupaten Indramayu bahkan masyarakat Indonesia.

Bagaimana tidak membanggakan. Pada tahun 2015, Adat Ngarot telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco), sebuah Organisasi Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) yang membidangi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan.

Bupati Indramayu, Nina Agustina Da’i Bachtiar turut langsung menyaksikan prosesi Adat Ngarot sampai selesai. Menurutnya, selama mengikuti jalannya Adat Ngarot dirinya merasa terkesan karena baru pertama kali melihat Gadis Ngarot yang merupakan icon Adat Ngarot.

“Ini benar-benar gadis Ngarot-nya, keren banget dan saya baru kali ini melihat dan ini benar-benar budaya kita yang harus kita jaga,” katanya.

BACA  Bupati Indramayu Sambangi Kantor Radar Indramayu

Masih menurut Nina, Adat Ngarot berada sejak lama di Desa Lelea. Ngarot telah turun temurun diwariskan oleh leluhur dahulu dan berhasil dijaga serta dilestarikan oleh segenap masyarakat Desa Lelea sampai sekarang. Hal itu membuat dirinya tertarik dan kagum.

Ketertarikan dan kekaguman Bupati Nina terhadap budaya Adat Ngarot yang memiliki filosofi positif di masyarakat membuatnya berkeinginan membuat film Ngarot dan telah diputar perdana pada malam puncak peringatan Hari Jadi ke-494 Kabupaten Indramayu pada bulan Oktober 2021 yang lalu.

“Saya merasa tertarik dengan Adat Ngarot ini sampai-sampai saya membuat film dengan Judul ‘Ngarot’. Alhamdulillah filmnya mendapat respon positif dari masyarakat Indramayu,” tambahnya.

Disamping itu belum lama ini dirinya mendapat Anugerah Kebudayaan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat setelah presentasi di depan para juri dengan mengenakan busana Adat Ngarot.

“Penghargaan Anugerah Kebudayaan PWI Pusat ini merupakan bukti nyata bahwa saya tidak hanya tertarik dengan Adat Ngarot, namun ingin Adat Ngarot dikenal semua orang baik nasional maupun Internasional,” pintanya.

Dalam sambutannya Nina meminta agar masyarakat memaknai acara Adat Ngarot dengan sebaik-baiknya dengan hanya tidak menjadikannya sebagai acara seremonial belaka. Namun nilai budaya dan filosofinya perlu dijaga dan dilestarikan oleh anak muda Desa Lelea di masa yang akan datang.

“Saya melihat makna Adat Ngarot ini mempunyai makna mendalam terkait gender dikalangan generasi muda. Untuk itu dengan penuh rasa kepercayaan dibalik kegiatan ini saya ingin generasi muda di Desa Lelea dan umumnya Indramayu harus benar-benar menjadi pribadi yang baik dan Bermartabat,” harapnya.

BACA  Berat Badan Anaknya Meningkat, Ibu Penerima PMT di Tukdana Sampaikan Terima Kasih Kepada Bupati Indramayu

Sementara itu Kepala Desa Lelea Raidi menyampaikan, sejarah singkat Adat Ngarot diawali leluhur dahulu bernama Ki Buyut Kapol yang menghibahkan tanah sawah seluas 2 hektar kepada Jejaka dan Gadis Ngarot. Keduanya diminta untuk belajar dan melakukan bercocok tanam padi agar kemudian hari di Desa Lelea bisa masyarakatnya sejahtera melalui ketersediaan pangan.

“Jadi siapapun nanti yang jadi kepala desanya wajib melaksanakan Adat Ngarot. Kenapa wajib, karena sudah ada lahan sawah yang dihibahkan untu…

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Scroll to Top